Review Drama Korea: Hometown Cha-Cha-Cha

Terlepas dari kontroversi yang menjatuhkan Kim Seon Ho dari surga langit ke-7 ke jurang neraka ke-70, drama Korea “Hometown Cha-Cha-Cha” yang saya sukai sejak pertama telah berakhir dengan high note.

Drama ini sukses sebagai drama komedi romantis yang penuh makna dan pembelajaran. Satu-satunya hal menyebalkan adalah karakter Yoon Hye Jin yang terlalu posesif, demanding, dan kelihatan banget nggak pernah pacaran.

Grrr….

Drama ini tidak diakhiri dengan scene bersatu di altar, tapi di sesi pemotretan pre-wedding. Cukuplah untuk memberi kesan “so they’ll live happily ever after”.

Sebelum saya me-list apa saja kekuatan drama ini, mari saya segarkan dulu ingatan kita semua akan premis ceritanya.

Premis Cerita

“Hometown Cha-Cha-Cha” berkisah tentang seorang dokter gigi bernama Yoon Hye Jin (Shin Min Ah) yang pindah dari Seoul ke Gongjin untuk membuka kliniknya sendiri. Kepindahannya itu bukan tanpa sebab. Setelah berselisih dengan dokter gigi pemilik klinik tempatnya bekerja, Hye Jin dalam keadaan mabuk ngerasanin si bos di forum internet untuk dokter dan medikal gigi.

Seperti kata pepatah, jejak digital mustahil dihapus.

Hye Jin yang tersadar keesokan paginya tidak bisa mencegah orang-orang yang sudah screen capture isi forum itu. Mereka balik membicarakan dan mengecam dirinya dan keluhan-keluhannya akan si bos.

Dalam keadaan kalut dan sangat malu Hye Jin membeli sepasang sepatu mahal yang kalau dikurs ke Rupiah sebanding dengan 23 juta Rupiah (retail theraphy yang wow banget), dan main ke Gongjin, sebuah desa di tepi pantai yang pernah ia kunjungi bersama ayah dan almarhumah ibunya.

Di sana dia kehilangan sebelah sepatu, tidak punya uang tunai dan tidak terhubung ke internet (karena listrik di area itu tiba-tiba mati), mobilnya mogok, dan harus terus berurusan dengan seorang pria pengangguran/serbabisa yang dipanggil Hong Banjang (Kim Seon Ho).

Banjang berarti ketua, seperti di ketua kelas.

Visual attack langsung pada episode pertama. Disuguhi aktor ganteng dan aktris cantik gini bikin banyak penonton kayak saya otomatis teriak: KYA, KYA, KYA. Pada pertemuan pertama mereka, Hong Banjang menemukan satu dari dua sepatu Hye Jin yang hanyut terbawa ombak.

Gara-gara main ke Gongjin, makin mantaplah hati Hye Jin untuk keluar dari Seoul. Dia pun mengajak sahabatnya, Pyo Mi Seon, seorang perawat untuk ikut pindah dan berbagi rumah dengannya di Gongjin.

Apakah Hye Jin tidak akan berurusan lagi dengan Hong Banjang? Tentu iya, Saudara-saudara, karena love line-nya ada di diri mereka berdua yang dari awal sudah terlihat saling tertarik, tapi gengsi dan nggak mau nurutin keinginan hati.

Apalagi buat Hye Jin yang sangat perhitungan. Kenal orang harus dipertimbangkan bibit, bebet, dan bobotnya. Hong Banjang dan orang-orang di Desa Gongjin sama sekali tidak masuk liganya.

Diangkat dari film fenomenal “Mr Handy, Mr Hong” (2004) yang dibintangi oleh alm. Kim Ju Hyeok dan Uhm Jung Hwa, drama ini adalah penafsiran ulang dengan memasukkan berbagai bumbu yang relevan dengan kita saat ini, yaitu karakter-karakter di sekitar Hong Banjang dan Hye Jin dan problematika/masalah kehidupan sehari-hari.

Itulah yang membuat drama yang ditulis oleh Shin Ha Eun (penulis naskah drama “The Crowned Clown” (2019) yang dibintangi oleh Yeo Jin Goo) sangat menarik untuk disaksikan.

Sebagai penulis, Shin Ha Eun sangat detail, dia akan mengupas tuntas semua karakter yang dia hadirkan ke layar. Drama yang dia tulis tidak pernah one-man show, tapi tentang tokoh utama yang menjadi sentral dari kehadiran tokoh-tokoh lainnya.

Nah, bagaimanakah Yoon Hye Jin dan Hong Du Sik menanggapi ketertarikan yang mereka rasakan di antara mereka? Menyambutnya dengan hangat atau menyangkalnya habis-habisan?

Ingat, Hye Jin sangat mementingkan latar belakang seseorang dan Du Sik tidak masuk kriteria yang pantas untuknya. Du Sik sendiri tidak mau terlalu dekat dalam menjalin hubungan (jenis apa pun) dan ini membuat Hye Jin galau karena merasa Du Sik di luar jangkauan.

Lika-liku kisah mereka dan penduduk Desa Gongjin sebanyak 16 episode masih bisa disaksikan di Netflix. Terlepas dari kasus kontroversial yang menimpa Kim Seon Ho, dijamin kamu nggak akan menyesal menonton drama ini.

Yang Unik dari Drama Ini

1. Karakter Utama

Apatah cerita tanpa karakter? Nada, nihil. Karakter Hong Du Sik tentu langsung memikat kaum hawa dari para penonton (eh emangnya ada cowok nonton drakor? heuheuheu).

Tinggi, ganteng, serbabisa, berbicara dalam bahasa Rusia, suka menolong, dekat dengan semua orang, disayang nenek-nenek, jadi andalan semua orang yang memanggil dia dengan sebutan oppa/hyung/dongsaeng, and the list goes on. Oh ya, jangan lupa, dia punya beban dan rahasia dari masa lalu. Don’t we all have savior complex syndrome?

Hong Banjang alias Hong Du Sik alias Kim Seon Ho. Yang mau klepek-klepek, waktu dan tempat dipersilakan.

Bagaimana dengan karakter Yoon Hye Jin? Shin Min Ah dijuluki sebagai Ratu Romcom karena keluwesannya membawakan peran yang imut, lucu, menggemaskan, dan ngangenin.

Ini adalah drama keduanya yang saya tonton setelah “Oh My Venus” (2015), dan iya sih, Yoon Hye Jin masih terlalu mirip dengan Kang Joo Eun. Apalagi di kedua drama itu Shin Min Ah sama-sama memanggil male lead dengan title pekerjaan mereka dan bukan dengan nama asli mereka (Hong Banjang di “Homcha” dan coach-nim di “Venus”).

Karakter Yoon Hye Jin itu menyebalkan di mata saya.

Pertama, dia snobbish sebagai orang kota, memandang rendah orang desa, tapi dia juga perlu orang-orang desa sebagai calon pasien. Tanpa orang-orang Desa Gongjin bagaimana dia bisa mendapat pemasukan? Ya nggak ada gunanya bersusah payah pindah dari Seoul, yekan?

Kedua, dia tidak suka cepat dinilai oleh orang lain, tapi dia sendiri cepat mengambil kesimpulan terhadap kehidupan orang lain. Ini terjadi dengan Oh Chun Jae (pemilik kafe), Nam Suk (pemilik restoran Korean-Chinese food), dan Nenek Gam Ri (tetua di Desa Gongjin). Semuanya tak lepas dari prasangka dan penghakiman Hye Jin.

Hye Jin memandang Oh Chun Jae delusional, bermimpi besar tanpa kemampuan sebagai penyanyi dengan nama panggung Oh Yoon. Prejudice-nya itu pun disiarkan secara langsung pada acara kumpul-kumpul warga.

Hye Jin memandang Nam Suk julid, menyebalkan, penyebar gosip, tanpa mau kroscek dulu apa penyebab dia menjadi begitu. Masakkan harus selalu perlu campur tangan Bu Kepala Desa (Yeo Hwa Jeong) supaya Hye Jin tidak selalu pakai kacamata kuda dalam melihat orang lain?

Hye Jin juga memandang Nenek Gam Ri tidak mengutamakan kesehatannya ketika menunda memasang implan karena faktor biaya. Yang sudah menjadi orangtua pasti mengerti bahwa kita mengutamakan uang untuk anak dan keluarga daripada untuk diri kita sendiri. Hye Jin belum menjadi orangtua jadi dia tidak punya insight itu.

Ketiga, ketika akhirnya dia menjalin hubungan dengan Du Sik, dia kelewat kepo, demanding, dan sejuta sikap lain yang khas orang yang tidak pernah pacaran. Seakan-akan Du Sik berkewajiban memberi tahu semua hal pada dirinya.

Duh, Neng, pasangan yang sudah menikah puluhan tahun aja masih sering surprised dengan tingkah polah dan pemikiran pasangannya. Lah elu yang baru jadian, posesif dan manjanya kebangetan.

Ini scene yang bikin cringey. Astaga Yoon Hye Jin! Dan Hong Du Sik mau aja lagi, in the name of love. Dih.

Oke, cukup ngomelnya tentang Hye Jin, sekarang saya mau membahas para penduduk Desa Gongjin yang uwu-uwu.

2. Karakter-Karakter di Sekitar Karakter Utama

Ada Nenek Gam Ri (Kim Young Ok) yang ke mana-mana bertiga dengan wanita tua lainnya, Mat Yi dan Sook Ja. Dia mengambil peran sebagai orangtua bagi Du Sik setelah kakek dari Du Sik meninggalkannya sebatang kara. Nenek Gam Ri adalah contoh dari hidup dengan rasa cukup dan rasa syukur, to age gracefully. Tidak perlu hubungan darah untuk menjadi keluarga.

Ada Bu Kepala Desa (Yeo Hwa Jeong) dan Pak Kepala Desa (Chang Yeong Guk) yang sudah bercerai selama 3 tahun. Mereka adalah teman sedari kecil yang akhirnya menikah. Kisah mereka berdua sukses membuat saya baper. Betapa menyakitkannya hidup dengan cinta yang tak berbalas.

Ada Bu Gosip (Jo Nam Suk), julukan dari salah satu grup drakor yang saya ikuti. Penduduk Desa Gongjin membiarkannya karena kasihan pada Nam Suk yang terpuruk akibat kematian putri tunggalnya. Pelajaran dari tokoh ini: semua orang punya masalah dan pergumulan hidup masing-masing; be kind.

Ada Oh Yoon yang menjadi pemilik kafe dan single father untuk putri remajanya yang pembangkang, Ju Ri. Oh Yoon melepaskan cita-citanya dan memilih keluarga. Saya berharap anak remaja saya tidak ada yang berperilaku seperti Ju Ri (euh). Dari mereka saya belajar: darah lebih kental dari air, keluarga akan mengikatmu ke mana pun kamu pergi.

Ada pasangan pemilik toko perkakas dan toko kelontong yaitu bapak dan ibunya Bo Ra (Choi Geum Cheol dan Ham Yun Gyeong). Mak Bo Ra sedang hamil tua dan suaminya tidak sensitif sama sekali. Makanya, di antara pasutri (dan dengan siapa pun jua) nggak usah main tebak-tebak buah manggis. Kalau marah bilang marah, kesal bilang kesal. Saya kasihan sendiri sama Mak Bo Ra yang merasa hidupnya berat dan tidak ada yang mengerti bebannya. Kalau dikomunikasikan ‘kan dia pasti mendapat bantuan.

Ada Pyo Mi Seon, sahabat Hye Jin, yang dengan semangat 45 dan penuh kejujuran mengejar Pak Polisi (Choi Eun Cheol, pamannya Bo Ra). Beruntung cowoknya suka juga sama Mi Seon, kalau enggak, pasti nggak nyaman buat semua secara mereka bergaulnya di situ-situ aja. Lebih baik cowok yang mengejar dan menyatakan duluan (menurut saya lho ya).

Selama 16 episode penonton diajak mengenal karakter-karakter di Desa Gongjin. Setiap episode didedikasikan untuk satu tokoh dan satu cerita. Tak heran netizen merasa berat berpisah dengan Gongjin dan orang-orangnya karena merasa sudah hidup bertetangga dan saling mengenal dengan baik.

3. Jalinan Antara Karakter Utama dan Pendukung

Sama seperti di drama lain yang ditulis oleh Shin Ha Eun, karakter utama dan karakter pendukungnya bertumbuh bersama. Jadi, fokus cerita di “Homcha” tidak hanya soal cinta dan cinta, tapi soal relasi dengan orang lain, soal hidup bertetangga, soal saling memahami dan memaafkan, soal kita sebagai manusia dan hidup kita yang sangat fana ini.

Background story dari setiap karakter pendukung sama dinantikannya dengan perjalanan cinta dari dua tokoh utamanya. Kita jadi tambah mengerti, oh orang tuh bisa begini begitu karena ada cerita di belakangnya, ada alasannya, bukan ujug-ujug jadi tukang gosip seperti Nam Suk, misalnya.

Ah speechless lah, “Homcha” ini bukan sekedar drama ringan buat seseruan. Ini drama yang menampar dan mengingatkan, terlalu mendalam sebagai romcom. Kamu pecinta drama bergenre slice-of-life wajib nonton.

Yang Asyik dari Drama Ini

Cuma satu kata: akting Kim Seon Ho.

Setelah memecah belah dunia perdrakoran dengan aktingnya sebagai Han Ji Pyeong di dalam drama “Start-Up” (2019), akting Kim Seon Ho terbukti telah teruji dan terasah lewat pengalamannya di dunia teater untuk memerankan tokoh yang sama sekali berbeda dari citra investor yang dingin.

Netizen gempar karena menemukan karakter Hong Banjang yang begitu ganteng dan likeable. Setiap micro expression (micro acting) yang ditampilkan Kim Seon Ho begitu deg ke hati, bikin penonton baper nggak kira-kira. Ini adalah sederet contohnya:

Pertama kali Du Sik dan Hye Jin minum bersama. Tatapannya begitu lembut, seakan-akan berkata: “Aku memahamimu.” Biasanya first kiss di drakor terjadi pada episode ke-8 jika jumlah episodenya 16. Namun, di drama ini first kiss terjadi pada episode ke-5 dan bikin dunia maya gempar segempar-gemparnya.
Keesokan paginya Du Sik mengajak Hye Jin sarapan bersama untuk mengatasi hangover. Kurang ganteng (dan kurang memicu gosip) apa coba?
Du Sik yang baru menyadari bahwa dia cemburu pada kedekatan Hye Jin dan Ji Seong Hyeon. Setelah scene ini Du Sik pulang hujan-hujanan dan sesudahnya sakit demam dan flu parah. Duh, ekspresi patah hatinya itu dapet banget.
Hye Jin yang lari ke pelukan Du Sik karena ketakutan akan penguntit. Ekspresi terkejut Du Sik karena dipeluk mencerminkan isi hatinya: ternyata dia menyukai Hye Jin. Scene ini menutup episode 8 dan bikin penonton penasaran sama episode selanjutnya. Well done, sutradara-nim.
Du Sik membacakan puisi untuk membantu Hye Jin tidur. Caranya berhenti membaca di baris tentang “menyangkal perasaan” sukses bikin saya histeris. Udahlah bacanya pake suara dalam, udahlah bacanya penuh penghayatan, mesti distop aja gitu padahal penonton lagi tune in? Nggak sopan!

Dan yang terakhir:

Totally!

Bukan cuma menonton Kim Seon Ho, kita juga bisa menonton para penduduk Desa Gongjin dengan kebaikan dan kekurangannya masing-masing. Benar-benar bikin hati hangat.

Selamat menikmati!

3284