Akdong Musician: Bukti Nyata Kepercayaan dan Dukungan Orang Tua

Untuk setiap masa, ada musiknya.

Tumbuh besar di rumah orang tua, saya dan adik-adik sangat familiar dengan lagu-lagu lawas. The Carpenter, The Chicago, The Police, Whitney Houston, Celine Dion, dan Mariah Carey adalah sebagian kecil dari deretan penyanyi legendaris yang musiknya kami dengar saban hari dari radio. Stasiun radio K Lite FM pasti diputar setiap pagi untuk mengiringi rutinitas begitu bangun tidur dan setiap malam untuk mengakhiri hari.

Beranjak remaja pada tahun 90-an membuat kami terpapar pada musik gombal nan romantis dari boyband-boyband yang tumbuh subur bagaikan jamur di musim hujan. Dimulai dari Take That dan diakhiri dengan Blue, itulah tonggak perjalanan yang kami tiga bersaudara sepakati dalam menggemari boyband dari Barat. Jauh sebelumnya saya adalah fans New Kids on the Block (NKOTB), Marky Mark, dan Tommy Page, tapi adik-adik saya tidak menyukai musik mereka.  

Pada tahun 1996, setahun setelah Take That menciptakan penggemar-penggemar baru lewat lagu mereka “Back for Good”, SM Entertainment dari Korea Selatan meluncurkan boyband H.O.T. Lagu “Jingle Bells” yang mereka nyanyikan untuk menyambut hari Natal pada tahun itu sempat ditayangkan oleh MTV. Sayangnya, ketika itu Hallyu atau Korean Wave belum melanda Asia dan Indonesia. Kalau ya, mungkin Kangta dan kawan-kawannya akan lebih digemari daripada Gary Barlow, Robby Williams, dan sebagainya.

Percepat waktu tiga dekade kemudian, kita berada pada awal tahun 2020 dan semua optimisme akan keberhasilan tahun ini dihancurkan oleh pandemi yang bernama Covid-19. Tanggal 12 Maret 2020 adalah hari terakhir kedua anak saya yang paling besar belajar di sekolah mereka. Pada hari Jumat, 13 Maret 2020 mereka diliburkan dan setelah itu mereka memulai Home Based Learning (HBL) atau PJJ, alias belajar di rumah di bawah pengawasan orang tua dan dipandu dari sekolah, yang naik-turun, berliku-liku, dan menghadapi banyak tantangan.

Ketika itu entah kenapa sebuah Original Soundtrack (OST) dari film “Frozen 2” (2019) tiba-tiba terngiang-ngiang di telinga saya. Lagu itu berjudul “Into the Unknown” dan lagu itu mengiringi perjalanan Elsa mencari sekaligus menyangkal jati dirinya sebagai Snow Queen, pelindung Enchanted Forest dan Ahtohallan. Rasanya lagu tersebut sangat cocok untuk mengiringi perjalanan kita melalui sebuah pandemi yang entah kapan akan berakhir. Sepertinya tidak ada cahaya terang harapan di ujung terowongan yang kita lalui saat ini. Obat dan vaksin semuanya masih on the way.

Gara-gara terus memutar lagu itu di Spotify, anak-anak saya jadi ingin menonton kembali filmnya. Setelah menonton ulang film “Frozen 2” sebanyak tujuh kali, kami jadi khatam dengan semua OST-nya. Anak-anak yang mulai bozen (alias bosan) dengan versi asli lagu-lagu yang dinyanyikan sepanjang film, kemudian mencari versi cover oleh penyanyi lain di YouTube. Dari situlah kami berkenalan dengan VBExit.

VBExit, atau VoiceBand EXIT, adalah band acapella asal Korea Selatan. Semua akun media sosial mereka (Facebook, Instagram, Twitter, dan YouTube) menggunakan bahasa Korea, jadi kami tidak bisa tahu kapan band ini terbentuk dan siapa saja anggota tetapnya. Sepertinya sih ada anggota tetap dan anggota tidak tetap yang mengisi pada cover lagu-lagu tertentu. Pada awalnya kami menyaksikan  penampilan mereka yang menyanyikan semua OST film “Frozen 2” secara medley. Anak-anak saya sangat menyukainya dan bisa memutar lagu ini lebih dari lima kali dalam sehari.

Dua video berikutnya yang direkomendasikan oleh YouTube adalah ketika VBExit menyanyikan OST dari film-film yang digawangi oleh Disney secara medley (menggabungkan banyak lirik dari banyak lagu dengan menarik). Video yang satu menghadirkan Lee Hee Ju dan yang lain menghadirkan Su Hyun untuk mengisi vokal wanita. Kedua video ini menuai banyak pujian dari netizen dan sama-sama disukai oleh anak-anak saya. Tiada hari HBL tanpa suara VBExit mengisi waktu senggang di antara conference calls yang harus mereka jalani.

Waktu menonton video VBExit dan Su Hyun saya tiba-tiba teringat sebuah band yang menyanyikan salah satu OST untuk sebuah drama Korea populer pada tahun 2016. Band yang saya maksud bernama AKMU, atau Akdong Musician, sebuah duet yang terdiri atas Su Hyun dan kakak laki-lakinya. Waktu itu mereka menyanyikan lagu berjudul “Be With You” untuk drakor “Moon Lovers – Scarlet Heart: Ryeo”. Lagu yang mereka nyanyikan dan dramanya sukses membuat baper para pecinta sageuk, atau drama sejarah, selama berbulan-bulan. Termasuk saya.

Pada saat yang bersamaan dengan drama tersebut mereka juga meluncurkan dua buah lagu berjudul “200%” dan “Give Love” yang riang, upbeat, dan diselingi rapping. Video musiknya dibintangi oleh mereka sendiri dan Nam Joo Hyuk. AKMU dan Nam Joo Hyuk bernaung di bawah agensi yang sama yaitu YG Entertainment. Tahun itu adalah tahun Nam Joo Hyuk mulai dikenal oleh publik sebagai aktor. Sebelumnya ia lebih dikenal sebagai model, baik untuk produk, untuk catwalk, maupun untuk video musik.

Dulu saya tidak mencari tahu siapakah AKMU itu, siapa nama personilnya, bagaimana mereka terbentuk, kapan mereka mulai debut, apa lagu-lagu andalan mereka, dan lain sebagainya. Saya sangat suka berkelana di Wikipedia. Walaupun informasi di situ harus selalu dipertanyakan karena bisa saja ditulis oleh sembarang orang, penampilan Su Hyun bersama VBExit  cukup untuk membuat saya membaca banyak artikel tentang mereka di internet.

Rasanya tidak afdhal mencari tahu informasi tentang pemusik tanpa mencari tahu tentang hasil karya mereka. Pencarian saya yang pertama membuat saya terdampar ke kanal SBS ENTER PLAY di YouTube yang menayangkan acara audisi K-Pop Star Season 2 pada tahun 2012. Ya benar, Akdong Musician, atau yang lebih dikenal sebagai AKMU, adalah jebolan ajang pencarian bakat yang diselenggarakan untuk menjaring bintang baru musik K-Pop/Korean Pop.

K-Pop Star diselenggarakan selama enam season atau enam tahun (2011 hingga 2017) dan menghadirkan tiga juri yang mewakili tiga perusahaan manajemen artis terbesar di Korea Selatan. Mereka adalah Yang Hyun Suk pendiri YG Entertainment, Park Jin Young pendiri JYP Entertainment, dan BoA penyanyi ikonik yang mewakili SM Entertainment. SM Entertainment tidak diwakili oleh pemiliknya yang bernama Lee Soo Man karena dia tidak memiliki latar belakang pemusik seperti halnya pendiri YG Entertainment dan JYP Entertainment.

Sejak awal audisi, Akdong Musician sudah memukau ketiga juri kontes. Duo yang terdiri atas Lee Chan Hyuk dan adik perempuannya Lee Su Hyun menulis sendiri musik dan lirik untuk lagu-lagu yang mereka bawakan ketika audisi. Waktu itu mereka baru berusia 13 dan 16 tahun dan baru kembali lagi ke Seoul setelah menetap selama lima tahun di Mongolia karena pekerjaan ayah mereka sebagai misionaris. Selama di Mongolia mereka tidak mengenyam pendidikan formal di sekolah. Mereka mengikuti homeschooling yang diselenggarakan oleh ibu mereka sebagai guru.

Selama proses menunggu panggilan untuk audisi, selama audisi, sampai diumumkan menjadi juara pertama, mereka berdua hidup secara mandiri di Seoul dan berkomunikasi dengan kedua orang tua mereka di Mongolia hanya melalui voice dan video call. Chan Hyuk dan Su Hyun masih sangat muda, tapi mereka berani karena mereka yakin akan dukungan dan doa dari kedua orang tua mereka. Mendukung anak-anak mereka untuk berkarir di bidang musik pastilah bukan hal yang mudah untuk orang tua dari Chan Hyuk dan Su Hyun. Apa pasal?

Korea Selatan adalah negara yang sangat kompetitif dalam hal akademik. Anak-anak belajar di sekolah dengan durasi yang panjang sejak di bangku Sekolah Dasar. Tak cukup sampai di situ, sepulang sekolah mereka harus mengikuti bimbingan belajar dan les lain yang sesuai dengan minat dan bakat mereka, seperti: piano, taekwondo, bahasa Inggris, dan lain sebagainya. Anak SD yang ingin unggul secara akademik baru bisa pulang ke rumah pada pukul 7 atau 8 malam setiap harinya.

Anak SMA belajar lebih lama lagi. Anak SMA yang masih terlihat di jalan pada pukul 11 malam adalah pemandangan biasa karena mereka baru selesai pada larut malam. Mahasiswa dan pekerja sering wajib mengikuti acara makan bersama yang dilanjutkan dengan acara minum bersama dengan teman atau rekan kerja. Orang Korea Selatan terbiasa tidur hanya 4 sampai 5 jam sehari sejak usia belia.

Mengapa mereka menghabiskan begitu banyak waktu untuk belajar? Tidakkah anak-anak itu merasa tertekan, tidakkah mereka merasa kehilangan masa kanak-kanak yang seharusnya santai dan menyenangkan?

Anak-anak di Korea Selatan berkompetisi untuk masuk ke universitas SKY, yaitu Seoul National University, Korea University, dan Yonsei University. Para dokter, pengacara, politikus, dan ilmuwan paling terpandang di Korea Selatan mengenyam pendidikan di ketiga universitas ini. Diterima di universitas SKY adalah jaminan untuk jejaring sosial yang luas, keamanan karir, dan kemapanan hidup.

Informasi ini saya dapatkan dari orang-orang Korea, teman-teman taekwondo saya di sini, dan dari drama Korea. Universitas SKY juga merupakan target orang-orang Korea yang berada di perantauan. Anak-anak teman-teman saya sejak kelas 1 SMA sudah mengikuti les privat dengan tutor khusus yang akan membantu mereka masuk universitas SKY.

Saya pernah bertemu salah seorang tutor itu di rumah teman saya yang bernama Kang Eonni (kakak perempuan yang bernama keluarga Kang). Tutor itu sudah tua; dia sudah tinggal di Indonesia selama 30 tahun. Dia datang ke Indonesia untuk menggantikan tutor lain yang sudah pensiun dan ingin kembali ke Korea. Setiap hari dia datang untuk mengajar anak Kang Eonni mulai dari pukul 6 sore sampai 11 malam.

Ini dilakukan 6 hari dalam seminggu tanpa absen, supaya anak itu dapat mengejar ketertinggalan pengetahuannya dengan anak Korea yang bersekolah di Korea. Walaupun ia bersekolah di sekolah internasional di Indonesia yang notabene unggul dalam hal akademik, kesenjangan dan ketertinggalan pengetahuan itu sangat lebar, lho. Mustahil lulus universitas SKY tanpa bantuan tutor, kata Kang Eonni.

Biaya lesnya berapa? Tidak usah ditanya, kata Kang Eonni yang memiliki pabrik plastic molding di sini. Biayanya sangat sangat sangat mahal karena mencakup juga biaya makan malam dan snack setiap kali tutor tersebut datang untuk mengajar. Akan tetapi, hasilnya sesuai dengan yang dijanjikan; tahun lalu anaknya diterima di Yonsei University Medical School. Kalau pemilik pabrik saja bilang biayanya mahal, apalagi saya dan suami yang datang dari kelas pekerja ya? Hahaha.

Apakah kamu sudah mendapat gambaran bagaimana karir di bidang musik bukanlah sebuah karir yang diharapkan oleh orang tua di Korea? Oleh karena itu saya sangat mengagumi orang tua Chan Hyuk dan Su Hyun yang mengijinkan anak-anak mereka berkarya di bidang ini.

Dalam salah satu wawancara yang saya tonton, ibu mereka bercerita bagaimana Chan Hyuk dan Su Hyun menunjukkan minat di bidang musik sejak usia dini karena kegiatan mereka di gereja. Setelah memenangkan K-Pop Star Season 2, ayah dan ibu duo bersaudara AKMU melepas kedua anaknya untuk tidak kuliah dan bekerja di bidang yang tidak lazim ditempuh oleh anak-anak Korea lainnya.

Alat musik pertama yang dikuasai oleh Chan Hyuk adalah gitar. Dia belajar musik secara otodidak dan kemudian berusaha mengerti teori musik. Sejak kecil Chan Hyuk selalu mengajak adiknya Su Hyun untuk berkolaborasi sebagai penyanyi di dalam lagu-lagu yang ia ciptakan. Pada dasarnya Chan Hyuk adalah seorang jenius yang sangat berbakat menciptakan musik sekaligus lirik lagu. Su Hyun juga bekerja sama dengan sangat baik dengannya. Ia mengisi vokal, memberi saran lirik, bridging lagu, dan lain sebagainya.

Dua bersaudara ini belajar bahasa Inggris secara mandiri dan mereka adalah performer sejati. Ketika tidak sedang menyanyi, Chan Hyuk dan Su Hyun mungkin terlihat sebagai kakak adik yang pemalu dan pendiam. Tapi begitu mereka tampil di atas pentas, beuh, kepercayaan diri itu meletus, meluap-luap sampai tumpah, dan menghangatkan hati para penontonnya. Tidak ada video klip lagu atau video live performance mereka yang tidak disukai oleh keluarga kami.

Sejak bulan Juni sampai sekarang mungkin sudah ribuan kali kami memutar lagu-lagu AKMU. Dimulai dengan album “Play” yang dirilis pada tahun 2014 sampai dengan album “Sailing” yang dirilis tahun lalu setelah Chan Hyuk menyelesaikan Wajib Militer yang berlangsung selama dua tahun, tidak ada lagu mereka yang tidak kami dengarkan secara berkala di Spotify. Meskipun demikian, hanya ada sekitar 10 lagu AKMU yang disertai video klip yang menjadi favorit kami.

Album pertama mereka “Play” dirilis setahun setelah AKMU menandatangani kontrak eksklusif dengan YG Entertainment (YGE). Mereka memilih YGE karena JYP dan SM tidak menawarkan kebebasan berkreasi sebanyak YGE. YGE membebaskan Chan Hyuk menulis dan memproduksi semua lagu pada album pertama mereka itu. Tiga single pertama yang dirilis ke publik dipilih sendiri oleh Yang Hyun Suk sebagai pemilik YGE, oleh AKMU, dan terakhir oleh fans mereka. Album ini langsung meledak dan menduduki peringkat pertama di Gaon Charts dan peringkat kedua di Billboard US World Albums Chart.

Selama Chan Hyuk menjalani Wamil, apa yang dilakukan oleh Su Hyun? Dia tidak berpangku tangan, dong. Su Hyun meluncurkan kanal MochiPeach di YouTube yang membahas tentang tips make-up, vlogs, dan beberapa lagu cover. Salah satu lagu cover yang dia bawakan dan mendapat banyak like dan view adalah “Silenced” yang merupakan OST dari film Disney “Aladdin” (2019). Suara Su Hyun begitu jernih dan bertenaga, saya jauh lebih menyukai versi yang dia bawakan daripada versi Naomi Scott, si Putri Jasmine di dalam film tersebut. Kanal MochiPeach sendiri sudah mendapatkan lebih dari 1.1 juta subscriber dan YouTube Gold Play Button.

Lain Su Hyun, lain Chan Hyuk. Seusai Wamil Chan Hyuk langsung meluncurkan novel berjudul “Fish Meets Water” yang berkorelasi dengan album ketiga duo bersaudara ini yang berjudul “Sailing”. Su Hyun ikut berpartisipasi di dalam album tersebut, jadi tidak hanya mengandalkan Chan Hyuk sebagai penulis, komposer, dan produser seperti pada dua album sebelumnya. Lagu utama dari album ini adalah “How Can I Love the Heartbreak, You’re the One I Love” yang sudah mendapat hampir 11 juta view sejak bulan September tahun lalu sampai sekarang.

Sejak awal debut mereka, AKMU selalu memperkenalkan diri sebagai siblings duo, atau duo bersaudara. Saya rasa ini penting untuk menekankan bahwa mereka adalah kakak beradik kandung, bukan pasangan seperti yang disangka orang pertama kali. Menurut saya cukup tricky membuat dan menyanyikan lagu cinta bersama pasangan duet yang bukan pasangan dalam hal percintaan. Akan tetapi, Chan Hyuk dan Su Hyun membuktikan bahwa mereka bisa menyanyikan tentang cinta terhadap obyek afeksi yang berbeda, dengan cara yang tidak kalah menarik dan mengiris hati seperti duo-duo lainnya.

AKMU sudah enam tahun berkiprah di dunia musik Korea Selatan dan jalan mereka masih sangat panjang. Album “Sailing” yang diterima sangat baik di masyarakat menunjukkan bahwa mereka belum dilupakan oleh publik. Originalitas mereka sebagai pencipta dan penyanyi lagu memang sulit dicari tandingannya.

Apalagi jika dibandingkan dengan sesama kontestan pada acara K-Pop Star Season 2 yang mereka ikuti. Lagu-lagu original yang mereka bawakan berlirik cerdas dan bernada sangat catchy; dua sampai tiga kali mendengarkannya sudah cukup untuk membuat kita terus mengingatnya. Wajar jika kontestan lain berwajah keruh bin khawatir setiap kali AKMU menunjukkan kebolehannya.

Saya percaya bahwa keberhasilan AKMU adalah bukti nyata kepercayaan dan dukungan orang tua mereka. Bukan sejak mereka dikontrak dan meluncurkan album pertama, tapi sejak jauh sebelum itu. Sejak Chan Hyuk dan Su Hyun masih kecil kedua orang tua mereka sudah menciptakan lingkungan yang kondusif dan penuh cinta untuk anak-anak mereka bisa menikmati dan berkarya di dalam musik.

Chan Hyuk yang bisa menulis 1 buah lagu dalam 30 menit saja dan Su Hyun yang bisa masuk pada bagian mana pun dalam lagu adalah bukti nyata minat dan bakat yang ditanam dan dipelihara oleh orang tua mereka. Kita sebagai penikmat musik mereka hanyalah penuai dari hasil kerja keras selama bertahun-tahun.   

Sebagai penutup, saya akan menghadirkan sebuah video klip dari acara K-Pop Star yang mereka menangkan tersebut. Dalam video ini mereka menyanyikan sebuah lagu original yang diterjemahkan bebas ke dalam bahasa Inggris dengan judul “You’re Attractive”. Liriknya sangat kocak, membuat para juri dan kami yang membaca terjemahannya di dalam bahasa Inggris tak kuasa menahan tawa.

You’re Attractive

You are charming, I might fall for you

More charming than a chicken I ran into during my diet

Sometimes crunchy, sometimes spicy

The twisted you are charming, I might fall for you

More charming than a major corporation chairman’s secretary

More charming than a hot oden soup at winter night

Just which side of you is warming up my heart?

What is your identity? Wizard? Magician?

Or is this doctor major in study of “Charms” somewhere?

Dan seterusnya ….

Mereka yang sedang diet dan tergoda makan ayam goreng, atau mereka yang pernah menonton drakor yang menceritakan kisah cinta antara bos dan sekretarisnya, pasti sangat paham sebagaimana charming orang yang dimaksud  sampai-sampai sebuah lagu dibuat untuknya.  

Selamat menyaksikan!

AKMU pada kontes K-Pop Star Season 2 (2012)

13 thoughts on “Akdong Musician: Bukti Nyata Kepercayaan dan Dukungan Orang Tua

  1. Ah benar itu kak…
    Bakat anak akan semakin tumbuh bersinar bila ada dukungan penuh dari orang tua…
    Selalu suka tulisan kan Rijo, nulisnya selalu dari perspektif yg berbeda

    Liked by 1 person

    1. auntyyyy … ah senangnya ada jg yg ngefans sama akmu. kualitas suara dan kemampuan musiknya ga kaleng-kaleng ya, berkat binaan dan dukungan orang tua. salut banget sama mereka! btw lagu 200% itu kesukaan si bungsu. mulai dari lirik awal “hey, baby …” si bungsu pasti ikutan joget. hahahaha

      Like

Leave a comment