Netflix is Still Da Best

Mei, 2016

Setelah memutuskan Song Joong Ki Oppa sebagai bias pertama, saya mau cerita di mana saya bertemu dengannya (ealah, macam ketemu teman akrab saja #halu).

Pertama kali kecemplung di dunia perdrakoran saya biasa menonton secara streaming di kissasian. Ada pilihan untuk men-download sih tapi saya tidak pernah melakukannya karena HP saya tak sanggup. Ini adalah situs yang direkomendasikan teman baik saya yang memperkenalkan “Descendants of the Sun”. Oleh karena saya menonton drakor sambil menyetrika, maka saya hanya membuka situs ini 1-2 kali seminggu.

Setahun pertama saya tidak merasa terganggu dengan iklan-iklan aneh yang bermunculan begitu saya berada di beranda situs. Saya pikir okelah tidak apa-apa, namanya juga situs gratisan, pemasukannya paling hanya dari iklan.

Setahun pertama saya juga tidak ngeh bahwa konten situs ini ilegal. Mereka menayangkan drama/film tanpa membayar lisensi pada rumah produksi atau stasiun tv yang menayangkannya.

Saya baru ngeh waktu suatu kali saya clear browsing history di HP saya dan search lagi dengan Safari. Situs kissasian yang biasanya diakhiri dengan .com berubah menjadi .ch. Saya langsung cerita pada suami sambil bertanya-tanya, masak domainnya berubah ke Swis padahal konten yang ditayangkan serba Asia. Suami saya cuma terbahak-bahak dan menerangkan bahwa itu pasti situs ilegal.

Benar saja, beberapa bulan kemudian waktu saya hendak menonton drakor “Bride of the Water God”-nya Nam Joo Hyuk, domainnya berubah dari .ch menjadi .zw (Zimbabwe). Bikin ketawa saja, hehehe. Selain itu, iklan-iklan yang ditayangkan bertambah vulgar dan membuat saya merasa tidak nyaman.

Pernah suatu kali sewaktu berlibur di Singapura saya iseng membuka kissasian. Wadaw, iklan untuk bergabung dengan komunitas “belok” langsung muncul pertama kali. Hal ini terjadi tidak hanya di Singapura. Sewaktu kami di Taipei dan saya tidak bisa tidur, saya buka lagi kissasian (.la kali ini) untuk menonton drakor. Bendera komunitas “belok-belok” itu langsung memenuhi seluruh home. Saya langsung tutup dan tidak pernah lagi membuka situs itu.

Sepulang berlibur suami saya bilang bahwa dia mau berlangganan Netflix supaya saya bisa menonton drakor dengan perasaan tenang. Ahem, so sweet.

Waktu itu dia memanfaatkan 1 bulan pertama gratis dengan cara subscribe alamat email. Suami subscribe 2 alamat emailnya dan 1 alamat email saya sehingga kami gratis berlangganan sampai 3 bulan. Setelah periode itu berakhir saya malah menggunakan Netflix untuk menonton film-film Barat dan anak-anak menonton channel sains, dan tidak pernah melirik drakor.

Tahun 2018 akhir saya mulai mengakses situs dramacool karena drakor-drakor terbaru tidak ditayangkan oleh Netflix. Dramacool ini memajang iklan-iklan yang masih bisa ditoleransi, hanya seputar situs belanja atau marketplace. Akan tetapi, streaming sering putus di tengah jalan. Akibatnya saya harus mengulang lagi dari awal karena tidak ingat tadi drama stop di menit ke berapa.

Sungguh lelah kalau harus mengulang dari awal 1-3 kali untuk setiap episode yang saya tonton. Hal ini berlangsung berkali-kali selama saya menonton “My Secret Terrius” dan “Touch Your Heart” sehingga setelah serialnya berakhir, saya berhenti juga menonton drakor. Sampai Netflix menayangkan “Crash Landing on You”.

Skeptisme saya akan film Hollywood produksi Netflix tidak berlaku untuk drama Korea. Sejauh ini drakor yang diproduksi/didistribusikan oleh Netflix bagus-bagus. Sebut saja “CLoY”, “When Camellia Blooms”, “Hotel del Luna”, dan “Oh My Venus”. Pada Netflix saya juga menemukan drakor bak menemukan harta karun seperti “Misaeng” dan “Signal”.

Dengan harga 109 ribu Rupiah per bulan saya bisa menikmati banyak drakor, suami menikmati film-film Hollywood, dan anak-anak menonton serial kesukaan mereka secara berurutan seperti “Tayo” dan “Paw Patrol”. Kalau dihitung-hitung, cost per view-nya terjangkau dan ini membuat kami enggan beralih ke layanan streaming lain walau ada banyak promo di luar sana.

Kami sempat berpikir untuk beralih ke Disney+ sih. Sebagai pencinta komik dan film garapan Marvel, kami ingin menikmati film-film eksklusif yang merupakan spin-off dari setiap anggota Avengers. Apalagi biaya langganan per bulannya digadang akan lebih murah (10 ribu Rupiah) dari Netflix.

Namun pandemi melanda dunia, produksi film dan peluncuran Disney+ tertunda, dan kami masih tetap setia dengan Netflix. Walaupun ia bermusuhan dengan operator HP kami, fitur download-nya memungkinkan kami untuk tetap menikmati tayangan walaupun jauh dari rumah dan koneksi Wifi. Hiburan tetap jalan terus untuk sambilan kegiatan memasak, menyetrika, dan bepergian.

Beberapa minggu lalu saya terpaksa mengakses lagi kissasian untuk ikut review challenge film “Exit” (Jo Jung Suk, 2020). Filmnya berhenti di menit ke-13 dan tetap tidak terputar walaupun saya refresh page beberapa kali. Saya coba di dramacool, eh sama saja. Untuk review challenge yang ke-2 saya menonton di situs drakorid dengan subtitle bahasa Indonesia. Subtitle bahasa Inggris tetap lebih nyaman untuk saya.

Akhirnya saya kembali menekuni Netflix dan gudang drakornya. Sekarang saya sedang menonton “Tomorrow with You” yang dibintangi Lee Je Hoon. Mungkin teman-teman bertanya, apakah dramanya bagus. Hmm, so-so. Saat ini saya hanya perlu penetral dari drama zombie “Kingdom” yang sudah kami tonton ulang sebanyak 4 kali.

Gara-gara “Kingdom” suami saya mulai suka drakor dan sering bertanya apa ada drakor dengan tema sejenis. Kita tunggu saja film “Alive” yang dibintangi oleh Yoo Ah In tayang di Netflix ya, Sayang. Kamu pasti suka.

Kesimpulannya, Netflix is still da best lah untuk sumber drakor populer dan berkualitas dengan legalitas terpercaya. Hati saya juga lebih tenang karena tahu iuran saya memberi hak orang-orang yang sudah bekerja keras membuat drama/film Korea yang saya gandrungi.

Teman-teman saya punya pengalaman berbeda-beda nih bagaimana mereka bisa mengakses drakor kesukaan kita semua. Cerita mereka mungkin bisa menjadi info yang kamu butuhkan.

Yuk!

Deya chingu

Ima chingu

Manda chingu

DK chingu

Lala chingu

Chika chingu

Gita chingu

Nadya chingu

Asri chingu

Risna eonni

Dwi eonni

Litha chingu

Lendyagasshi chingu

3 thoughts on “Netflix is Still Da Best

Leave a comment