Antara Aku, Dwi Eonni, dan Lee Dong Wook Oppa

Foto di atas adalah foto Lee Dong Wook Oppa sedang menggendong Lee Si An, alias Daebak, salah seorang anak yang dia asuh dalam variety show “Return of the Superman”.

Mengapa foto pembuka tulisan ini bukan foto LDW Oppa sedang menggendong saya atau Dwi Eonni? Ya, karena kami kelas berat, bok, punggung Oppa pasti patah menggendong kami berdua. Lagipula, kenal juga kagak, kok minta gendong-gendong? Haish.

Eits, tulisan ini terlalu cepat melompat membahas LDW Oppa. Maklum, auto-ngebut setiap kali melihat Oppa bermata sendu dan berkulit pucat kesayangan kita semua. Dulu Oppa ganteng banget lho, sebelum doi berpose buat majalah apa tuh dengan rambut panjang dan bando ala-ala Mickey Mouse. Rasanya ingin berdemo pakai papan segede gaban:

“Kembalikan kegantengan Lee Dong Wook!”

Tapi demo seperti itu pasti tidak disetujui oleh pihak kepolisian. Wong tujuannya ga jelas dan yang pasti unfaedah. Paling-paling dikomentari, “Dasar emak lebay.” Biarin lebay, yang penting tetap nulis, weeekkk ….

Tuh kan, lagi-lagi membahas Lee Dong Wook Oppa. Mundur dulu menurut judul tulisan ini: siapakah saya? Dan siapakah Dwi Eonni?

Perkenalkan, nama saya Rijo Tobing, penulis satu-satunya di blog ini. Dwi Eonni adalah seorang penulis juga yang bernama lengkap Dwi … Tobing (saya belum pernah nanya nama lengkapnya, hehehe). Dwi Eonni (eonni = 언니 = kakak perempuan) saya kenal lewat komunitas menulis KLIP yang kemudian mengembangkan sayap menjadi WAG tersendiri bernama “Drakor dan Literasi”.

Kebayang ga gimana obrolan sekumpulan orang yang hobi menonton drakor dan menulis? Selalu seru, pastinya. Dan grup yang sering sekali gonta-ganti PP tergantung “Oppa of the Month” ini tidak hanya ngobrolin hal-hal seputar perkoriyaan lho, tapi juga seputar permantanan, mulai dari mantan gebetan, mantan pacar, sampai mantan presiden. Tidak hanya itu, baru dua bulanan berdiri sudah ada pula Writing Challenge yang berlangsung selama 3 bulan dari Juni-Agustus. Luar biasa, kan? Lah kok muji komunitas sendiri, hahaha.

Hari Jumat pekan lalu Dwi Eonni diundang ke sesi “Kenal Lebih Dekat” yang diadakan KLIP di grup Facebook. Dari pertanyaan satu sampai pertanyaan kesekian muncul terus satu kekepoan, “Mbak Dwi ada hubungan apa sama Rijo Tobing?” Eaaa, ini gara-gara saya muncul duluan di sesi KLD pada bulan April lalu. Kalau waktu itu Dwi Eonni yang tampil lebih dulu pasti ketika giliran saya tiba yang ditanya, “Mbak Rijo ada hubungan apa sama Dwi Tobing?”

Jadi begini, Saudara-saudara. Walaupun kami berdua sama-sama berambut pendek dan berkaca mata, kami bukan anak kembar. Jadi mengapa ketidakmiripan kami membuat netizen KLIP mengira kami bersaudara? Tentu saja karena kami memang ada hubungan kekerabatan dan itu ada hubungannya dengan LDW Oppa. Lho, kok bisa? Sabar, sabar, saya akan ceritakan sedikit demi sedikit.

Semua bermula dari nama “Tobing”, nama keluarga kami yang tentunya tidak kami pilih sendiri. Nama “Tobing” ini diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi selama bumi masih dipijak, langit masih dijunjung, dan orang Batak masih terus melahirkan keturunan.

Alkisah dahulu kala ada seseorang bernama Raja Tobing lahir di antara suku Batak Toba yang mendiami pulau Sumatera bagian utara. Jika ditanya apakah suku Batak adalah native/suku asli di daerah ini, maka sejauh pengetahuan saya hal ini masih menjadi perdebatan. Sejarah suku Batak yang tercantum di Museum Nasional tidak menyebutkan daerah asal suku Batak, tapi ada beberapa buku di rumah orang tua saya yang menyebutkan Thailand bagian selatan sebagai daerah asal suku saya.

Selain ke Sumatera Utara, orang-orang ini juga bermigrasi ke Pulau Kalimantan (suku Dayak) dan Pulau Sulawesi (suku Toraja). Oleh karena itu ada kemiripan produk kebudayaan di antara ketiga suku ini, seperti bentuk aksara, motif kain adat, bentuk patung, dan lain-lain. Suku Batak terkenal menganut sistem patrilineal (nama keluarga diwariskan dari pihak ayah) dengan garis dan anggota keturunan yang tercatat dengan baik pada sebuah “Pohon Keluarga”. Saya tidak tahu bagaimana prakteknya di suku Dayak dan Toraja.

Setiap kali orang Batak bertemu dengan sesamanya, kami akan “martarombo”. Ini adalah proses mengecek silsilah keluarga masing-masing (apa marga/nama keluarga ayah, ibu, kakek nenek dari pihak ayah, kakek nenek dari pihak ibu, dsb.), supaya kedua orang yang baru berkenalan ini bisa memanggil satu sama lain dengan sebutan yang tepat. Memanggil dengan sebutan yang salah hanya akan membuat malu di kemudian hari. Dengan kata lain, orang Batak yang tidak bisa martarombo siap-siap ditegur oleh sesama orang Batak.

Waktu saya berkenalan dengan Dwi Eonni, martarombo yang kami lakukan cukup cepat karena kami sama-sama menyandang marga “Tobing”. Pertanyaan selanjutnya adalah: 1) Tobing yang mana, dan 2) keturunan ke berapa?

Raja Tobing adalah keturunan dari Raja Hasibuan. Raja Hasibuan memiliki empat orang anak, yaitu Raja Hutabarat, Raja Panggabean, Raja Hutagalung, dan Raja Hutatoruan. Raja Hutatoruan memiliki dua orang anak, yaitu Raja Hutapea dan Raja Lumbantobing. Jadi marga (Lumban) Tobing, Hutabarat, Panggabean, Hutagalung, dan Hutapea adalah marga berkakak adik yang disebut sebagai “Opat Pisoran”.

Raja Tobing sendiri memiliki dua orang anak: Lumbantobing Lumban Jurjur dan Lumbantobing Saribu Raja. Kebetulan Dwi Eonni dan saya adalah Lumbantobing Lumban Jurjur yang berasal dari Tarutung. Hati saya gembira sekali waktu kami martarombo karena seumur hidup saya lebih sering bertemu dengan Lumbantobing Saribu Raja. Setelah itu kami mengecek garis keturunan. Dari Raja Tobing Dwi Eonni adalah keturunan ke-16, sedangkan saya ke-17.

Jadi, Dwi Eonni ini sebenarnya seangkatan dengan bapak saya dan lebih tepat kalau saya panggil “namboru” (saudara perempuan ayah). Namun demi menjaga keawetan muda bersama, baiklah saya tetap memanggil beliau “eonni” dan bukan “keomo” (거모, bibi dari pihak ayah), hehehe.

Hari Minggu lalu kami mengadakan sesi Zoom dengan chingudeul dari WAG “Drakor dan Literasi”. Setelah membahas tantangan dan kesulitan mengeksekusi topik ke-1 sampai ke-10 dari Writing Challenge yang kami adakan, kami pun mulai mempersiapkan diri memasuki bulan kedua (Juli) untuk menuliskan pendapat/pengalaman kami seputar topik ke-11 sampai ke-20.

Topik ke-11 yang harus di-submit besok adalah tentang variety show Korea yang sudah kami tonton atau kami rekomendasikan. Tidak saya sangka bahwa saya dan Dwi Eonni sama-sama memeras otak. Usut punya usut, kami berdua bukan penggemar variety show Korea, kami lebih menyukai drakor. Usut punya usut lagi, satu-satunya variety show yang kami berdua tonton (sampai habis) adalah “The Return of Superman” yang menghadirkan Lee Dong Wook Oppa.

Nah kan, ternyata LDW Oppa adalah faktor yang memperkuat hubungan persaudaraan antara saya dan Dwi Eonni. Dwi Eonni menonton show ini setelah drakor “Goblin” selesai ditayangkan, sedangkan saya jauhhh setelah itu karena saya sama sekali tidak melihat pesona LDW Oppa di “Goblin”. Bagi saya, romansa dalam drakor itu sangat aneh. Sampai sekarang saya tidak mengerti mengapa bucinnya ada banyak sekali di seluruh dunia.

Saya menonton LDW Oppa menjadi pengasuh anak dadakan justru setelah drakor “Touch Your Heart” selesai ditayangkan (2019). Di situ saya baru melihat dia sebagai aktor yang oke, alias cakep secara tampang dan kemampuan akting. Jadi setelah itu saya mulai menonton drama-dramanya dan satu variety show dia yang lain, “Roommate”, yang saya drop setelah 5 episode karena LDW Oppa jarang muncul.

Sebelum LDW Oppa bertemu dengan Daebak (foto di atas) dan 4 orang saudara perempuannya, ia diwawancarai tentang harapannya kalau sudah berkeluarga. Di situ dia menjawab gamblang bahwa dia menginginkan keluarga besar dengan jumlah anak minimal 3 orang. Saya lupa-lupa ingat apa episode itu sebelum atau sesudah kisah asmaranya yang teramat singkat dengan Suzy. Kalau sesudah, ya jelas sekali Suzy bukan calonnya untuk membina keluarga.

Lee Dong Wook Oppa terlihat sangat sabar menghadapi Daebak yang masih kecil dan kedua kakak kembarnya. Daebak ini memiliki 4 orang kakak perempuan, yang pertama dan kedua kembar, demikian pula yang ketiga dan keempat. Orang tua mereka adalah Lee Dong Gook, seorang pemain sepak bola profesional, dan Lee Soo Jin, seorang runner-up pada kontes kecantikan Miss Korea. Yang ditinggal di rumah bersama LDW Oppa hanyalah 3 anak yang paling kecil. Pasti dia kewalahan kalau harus mengasuh 5 orang anak sekaligus ya.

Saya tidak ingat persis isi show-nya, yang pasti seputar kerepotan LDW Oppa dalam mengurus printilan kebutuhan anak seperti memandikan, memakaikan baju, menyiapkan makanan, dsb. Ada saat-saat ketika ia kelihatan kelelahan dan tidak menyangka harus melakukan ini-itu. Ia bahkan mengakui kesulitan yang ia hadapi kepada Lee Dong Gook yang sempat pulang ke rumah untuk mengecek keadaan LDW Oppa.

Kehadirannya dalam variety show ini tidak hanya satu kali. Pada lain kesempatan LDW Oppa diundang berakhir pekan bersama keluarga Daebak, dimana dia menunjukkan kepiawaiannya dalam mengasuh anak. Daebak bersama ayah dan kedua kakak perempuannya juga pernah mengunjungi LDW Oppa ketika masih syuting drakor “Goblin”.

Secara keseluruhan, menonton variety show “Return of the Superman” yang menghadirkan Lee Dong Wook Oppa sangatlah memanjakan mata. Selain karena visualnya yang unggul, kekaleman dan kebaikan hati Oppa membuat saya dan Dwi Eonni betah sekali menontonnya. Pesan dari kami (dan dari Deya chingu) cuma satu: cepatlah kembali ke genre romansa dan kegantengan masa lalu, bahaha.

Apakah ini satu-satunya variety show Korea yang saya pernah tonton? Tentu saja tidak. Ada dua show lain yang bahkan satu episode pun tidak saya tonton sampai habis karena tidak menarik. Namdongsaeng saya sejak dulu selalu mengajak saya menonton “Running Man”, tapi apalah menariknya melihat orang berlari-lari menyelesaikan sebuah tugas/tantangan ketika tumpukan cucian piring dan setrikaan belum tuntas saya kerjakan? Lebih baik menjalani “reality show” saya di rumah daripada menonton show orang lain (selain drakor, tentunya)!

Kedua variety show yang tadi saya sebutkan di atas adalah:

1. “Running Man” yang menghadirkan Lee Joon Gi, Kang Ha Neul, dan Hong Jong Hyun.

Satu-satunya alasan saya menontonnya tak lain dan tak bukan adalah drakor “Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo”. Saya benar-benar menyukai drama tersebut dan tak sabar untuk melihat Pangeran Nomor 3, 4, dan 8 di luar Dinasti Joseon.

Episode dibuka dengan Lee Joon Gi yang berperan sebagai kaisar dan memakai jubah kebesaran. Di situ dia memberi titah, dan saya lupa kelanjutannya. Ada juga kompetisi memanah antara dia dan Hong Jong Hyun. Setelah itu mereka dibagi ke dalam tiga kelompok yang berlomba untuk menyelesaikan sebuah tantangan.

Jangan tanya saya pangeran mana yang menang karena saya tidak menontonnya sampai akhir. Bosen aja gitu.

2. “Three Meals a Day” yang menghadirkan Ji Sung.

Tersebutlah drakor “Doctor John” yang memperkenalkan saya pada pesona tatapan seorang Ji Sung. Wadiwaw, kok saya belum pernah melihat aktor ini sebelumnya. Ow, ow, siapa dia? Ternyata dia bernama Ji Sung, seorang aktor kawakan yang sudah malang melintang di dunia perdrakoran. Istrinya, Lee Bo Young, juga seorang aktris. Saya malah lebih dulu tahu istrinya karena drakor “I Can Hear Your Voice” yang menghadirkan Lee Jong Suk.

Setelah “Doctor John” usai, saya coba menonton drakornya yang lain. Setelah menonton drakor “Secrets” dan “Kill Me Heal Me” yang sangat menguras emosi, saya coba menonton Ji Sung dalam variety show “Three Meals a Day”. Dari Wikipedia saya tahu bahwa ini acara artis masak-memasak. Saya coba tonton dan tidak sampai 20 menit saya stop.

Pertama, Ji Sung Oppa terlihat tidak terlalu tinggi. Entah kenapa ini faktor penting buat saya, maaf ya kalau saya SARAT (Suku, Agama, Ras, dan Tinggi badan). Kedua, dia salah kostum. Baju bergaris horizontal besar hanya membuatnya kelihatan tambah gempal, dan tidak tinggi. Yaelah, lagi-lagi soal tinggi badan. Coba, coba, kamu lihat foto di bawah ini dan beri tahu saya pendapatmu.

Apa, kamu tidak setuju dengan saya? Ya, tidak apa-apa sih, hehehe.

Ketiga, di acara ini penampilan Ji Sung Oppa sangat mirip dengan karakter Ferry Park yang dia mainkan di drakor “Kill Me Heal Me”. Sayangnya, itu karakter yang saya paling tidak sukai. Bubar jalan deh menonton episode ini sampai selesai.

Kembali ke Lee Dong Wook Oppa.

Baru-baru ini ia menjadi host sebuah talk show berjudul “Wook Talk”. Saya hanya menontonnya satu kali waktu ia mewawancarai Gong Yoo. Bagus sih, ada chemistry pastinya karena mereka berdua kan pernah kerja bareng. Akan tetapi, saya tidak tertarik menonton LDW Oppa mewawancarai orang lain. Mian, Oppa, dirimu cocoknya di mata saya sebagai aktor saja. Seperti waktu kamu ditanya oleh kakaknya Daebak: apa pekerjaanmu?

Oppa menjawab dengan sangat yakin, “배우예요. Saya seorang aktor.”

Kembalilah menjadi aktor kesayangan kami semua. 빨리.

Chingudeul saya punya variety show kesukaan versi mereka sendiri nih. Simak, yuk!

Deya chingu: Variety Show Korea? EAA!

Gita chingu: Hiburan dari Korea Selatan Bukan Sekedar Drama

Litha chingu: Reality show favoritku

Lala chingu: Antara Reality Show dan Drama

Lendyagasshi chingu: Variety Show Lee Seung Gi Setelah Wamil

Rani chingu: Variety Show vs Drama Korea

Rian chingu: Three meals a day: reality show yang cocok untuk kaum rebahan bin laperan

DK chingu: Twogether, Variety Show Korea Terbaru yang Layak Ditonton

Risna eonni: Kalau mau liat Chiang Mai, tonton Twogether nya Lee Seung-gi dan Jasper Liu deh

Ima chingu: Syuting di Indo, Salah Satu Alasan Nonton Variety Show

Dwi eonni: Realita vs Drama

Asri chingu: Song Joong Ki dan Running Man

 

11 thoughts on “Antara Aku, Dwi Eonni, dan Lee Dong Wook Oppa

  1. Ini ngecapnya selalu keren, nggak suka nonton variety show tapi bisa bikin tulisan sepanjang ini..
    Uda gitu enak lagi dibacanya, ah senior emang beda..
    Harus banyak belajar aku….

    Like

Leave a comment